Media Berita Mojokerto – Generasi muda kini menjadi kelompok yang paling terdampak oleh perkembangan pesat kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), yang telah menyatu dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Meskipun AI menawarkan kemudahan, efisiensi, dan akses informasi yang luas, ketergantungan yang berlebihan terhadap teknologi ini mulai memunculkan sejumlah dampak negatif.
Di antaranya adalah penurunan kemampuan berpikir kritis, minimnya interaksi sosial, serta risiko penyebaran informasi yang tidak akurat. Oleh karena itu, pemanfaatan AI perlu diimbangi dengan literasi digital dan pembentukan karakter yang kuat.
1. Menurunnya Kemampuan Berpikir Kritis
Salah satu dampak utama dari ketergantungan pada AI adalah menurunnya kemampuan berpikir kritis. Banyak generasi muda yang kini terlalu mengandalkan AI untuk mencari jawaban atau menyelesaikan tugas, tanpa terlebih dahulu menganalisis atau mencari informasi secara mandiri. Hal ini berpotensi menjadikan mereka pasif dan tidak terbiasa untuk berpikir logis serta mandiri.
2. Rentan Terpapar Konten Palsu dan Deepfake
AI juga digunakan dalam pembuatan konten palsu seperti hoaks, berita bohong, dan deepfake yang kini marak beredar di media sosial. Generasi muda yang belum memiliki literasi digital kuat sangat mudah terpengaruh oleh informasi yang menyesatkan. Ini bisa berdampak pada pola pikir dan perilaku mereka, bahkan memicu penyebaran informasi yang salah secara tidak sengaja.
3. Gangguan Kesehatan Mental
AI di balik media sosial dirancang untuk menyajikan konten yang bersifat adiktif, seperti perbandingan gaya hidup, kecantikan, hingga pencapaian orang lain. Hal ini memicu kecemasan berlebihan, rendah diri, hingga depresi di kalangan remaja dan pemuda. Perbandingan sosial yang konstan membuat mereka merasa tidak cukup baik, sehingga berdampak serius pada kesehatan mental.
4. Penurunan Kemampuan Sosialisasi
Dengan semakin seringnya interaksi dilakukan secara virtual, kemampuan bersosialisasi langsung menjadi terganggu. Banyak anak muda lebih nyaman berbicara lewat pesan singkat atau AI chatbot ketimbang melakukan percakapan tatap muka. Akibatnya, empati dan keterampilan komunikasi interpersonal pun menurun.
5. Kecanduan Gadget dan Teknologi
Aplikasi yang didukung AI seringkali dirancang agar pengguna betah berlama-lama, seperti algoritma di media sosial dan game. Hal ini membuat banyak generasi muda kecanduan gadget, yang secara langsung berdampak pada produktivitas, kualitas tidur, serta aktivitas fisik yang semakin berkurang.
Baca Juga : Ini Dia Emotional Intelligence, Kecerdasan yang Lebih Penting Dari IQ
6. Terpapar Konten Negatif dan Risiko Kejahatan Digital
Tanpa pengawasan yang ketat, AI dapat membuka akses terhadap konten-konten negatif, termasuk kekerasan, pornografi, dan ujaran kebencian. Selain itu, para remaja juga berisiko menjadi korban kejahatan digital seperti manipulasi data, penipuan online, dan eksploitasi siber.
✅ Kesimpulan
agar generasi muda mampu mengendalikan diri dan tidak larut dalam ketergantungan terhadap kecerdasan buatan. Orang tua, guru, dan masyarakat harus bersama-sama membentuk ekosistem digital yang sehat dan aman bagi anak-anak muda.